sk/dtc/AP
Jakarta – Pemerintah Bangladesh telah mengirim lebih banyak pasukan ke kamp pengungsi terbesar di dunia yang ada di negara tersebut.
Ini dilakukan setelah pertempuran berhari-hari antara geng-geng narkoba Rohingya yang menewaskan tujuh orang.
Dua geng pengungsi bersenjata dari Myanmar mengobarkan perang mematikan di kamp yang luas, rumah bagi hampir satu juta orang tersebut.
Mereka berperang atas kendali perdagangan metamfetamin lintas batas yang menguntungkan.
Tujuh orang tewas dalam enam hari terakhir termasuk seorang wanita, kata seorang pejabat. Beberapa lainnya dilaporkan terluka.
“Kami menemukan empat mayat di kamp pengungsi Lambasia pada Selasa malam. Tiga dari mereka ditembak mati dan satu lagi memiliki bekas tusukan,” kata Rafiqul Islam, wakil kepala polisi distrik Cox’s Bazar, kepada AFP, Rabu (7/10/2020).
Dia mengatakan ratusan polisi militer dan bersenjata telah dikerahkan sejak pertempuran dimulai pada 2 Oktober, dengan jumlah yang meningkat setelah bentrokan hari Selasa (6/10).
Situasi sekarang sudah tenang, tambahnya.
Kamp-kamp tersebut selama lebih dari tiga tahun ini berfungsi sebagai rumah bagi hampir satu juta Muslim Rohingya yang melarikan diri dari tindakan keras militer di Myanmar.
Tindakan keras itu – yang menurut PBB bisa merupakan genosida – terjadi menyusul serangan terhadap pos keamanan Myanmar oleh kelompok militan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA).
Para pemimpin Rohingya mengatakan ARSA sekarang terlibat dalam perang wilayah dengan Geng Munna, dinamai demikian berdasarkan nama penyelundup narkoba terkemuka yang berbasis di kamp Kutupalong. Kakak laki-lakinya dan tiga anggota keluarganya dilaporkan tewas dalam bentrokan itu.
“ARSA telah mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan empat orang, yang merupakan kerabat dari seorang pemimpin geng Rohingya,” kata seorang aktivis.
Pemimpin pemuda Rohingya lainnya yang berbasis di Kutupalong, mengatakan kepada AFP: “ARSA berada di balik semua pembunuhan selama seminggu terakhir. Mereka ingin memaksakan kendali total mereka atas kamp-kamp itu.”
Pasukan keamanan Bangladesh telah membunuh lebih dari 100 warga Rohingya antara Agustus 2017 dan Juli tahun ini.
Sementara laporan Amnesty International menuduh pihak berwenang melakukan pembunuhan di luar hukum, polisi bersikeras bahwa sebagian besar dari mereka yang terbunuh terlibat dalam perdagangan narkoba atau perdagangan warga Rohingya dengan perahu ke Malaysia.
SK/dtc