“Australia butuh daun talas beneng dalam jumlah yang sangat besar. Mereka butuh sampai 300 ton per pekan ,” kata Beben petani asal Kampung Pasir Nangka, RT 002/RW 015,Desa Batulayang, Kecamatan Cililin, Ahad 4 Oktober 2020.
Daun talas beneng oleh perusahaan di Australia dimanfaatkan sebagai bahan baku rokok. Kelebihannya tidak mengandung nikotin sehingga lebih aman digunakan.
“Lain halnya dengan Belanda, negara ini butuh batangnya. Permintaannya juga cukup banyak yang sampai sekarang belum mampu dipenuhi petani di Indonesia,” ujarnya.
Kebutuhan talas beneng sebagian besar masih dipasok petani dari Banten. Namun belum mampu memenuhi kebutuhan ekspor ke Australia.
“Banten baru bisa ekspor sebanyak 50 ton. Kebetulan di Bandung Barat lahannya masih sangat luas untuk budidaya talas beneng, sehingga bisa memenuhi permintaan Australia ” ungkapnya.
Hasil konsultasi dengan petani di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Beben kemudian mencoba menanam talas beneng di lahan miliknya. Tahap awal ditanam pada lahan seluas 1 hektare.
“Agustus lalu sudah mulai ditanam. Untuk daunnya tiga bulan sudah bisa dipanen, sementara batangnya baru dapat dipanen setelah delapan bulan. Harga jualnya sekitar Rp 4.000 per kilogram,” kata Beben.
Talas beneng memiliki tinggi sekitar 2 meter dengan bobot bisa mencapai 50 kilogram. Pemeliharaannya relatif mudah dan biayanya mudah.
“Tidak sulit memelihara talas beneng dan tidak perlu mengeluarkan ongkos yang mahal. Pokoknya murah,” tukasnya.
Sk/gdn