Beirut, (Sentrakabar) –Bentrokan pengunjuk rasa anti-pemerintah dengan pasukan keamanan Lebanon meletus di Beirut, Kamis (06/08), menyusul kemarahan warga Beirut atas ‘kelalaian pemerintah’ yang menyebabkan ledakan.
Para pengunjuk rasa marah dengan ledakan dahsyat hari Selasa, yang menurut para pejabat disebabkan oleh 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan secara tidak aman sejak 2013.
Ledakan itu menghancurkan seluruh distrik di ibu kota, dengan rumah dan bisnis hancur menjadi puing-puing. Puluhan orang masih belum ditemukan.
Sejak bencana tersebut, dua pejabat mengundurkan diri. Anggota parlemen Marwan Hamadeh mengundurkan diri pada Rabu, sementara duta besar Lebanon untuk Yordania Tracy Chamoun mengundurkan diri pada Kamis, mengatakan bencana itu menunjukkan perlunya pergantian kepemimpinan.
Sebelumnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan “perubahan besar” dari kepemimpinan Lebanon menyusul ledakan dahsyat tersebut.
Dalam kunjungannya ke kota yang hancur itu, dia menyerukan penyelidikan internasional.
Banyak warga Lebanon mengatakan korupsi, pengabaian, dan salah urus pemerintah menyebabkan ledakan itu.
Ledakan dahsyat Selasa lalu menewaskan sedikitnya 137 orang dan melukai sekitar 5.000 lainnya, sementara puluhan lainnya masih hilang. Keadaan darurat dua minggu telah diberlakukan.
Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan itu disebabkan oleh 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan secara tidak aman di gudang.
Kantor berita negara mengatakan 16 orang telah ditahan sebagai bagian dari penyelidikan.
Hakim Fadi Akiki, perwakilan pemerintah di pengadilan militer, mengatakan lebih dari 18 petugas pelabuhan dan bea cukai serta pekerja pemeliharaan di gudang telah diperiksa.
Sejumlah orang masih hilang tetapi laporan media mengatakan satu orang berhasil diselamatkan di laut sekitar 30 jam setelah ledakan terjadi.
Ayah dua anak, Amin Zahid berada di dekat pelabuhan dan diyakini telah terlempar ke laut karena kekuatan ledakan. Dia dilaporkan ditemukan oleh angkatan laut pada Kamis (06/08) pagi.
Apa yang dikatakan Macron?
Pada Kamis (06/08), Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menjadi kepada negara asing pertama yang berkunjung ke Lebanon, yang merupakan bekas koloni Prancis, sejak ledakan dahsyat hari Selasa.
Macron menggambarkan ledakan itu sebagai “metafora untuk krisis Lebanon saat ini” dan mengatakan “tatanan politik baru” diperlukan. Bantuan dana tersedia untuk negara tetapi para pemimpinnya harus menerapkan reformasi terlebih dahulu, katanya.
Dia juga menyerukan penyelidikan internasional terhadap ledakan itu “untuk mencegah hal-hal yang tersembunyi dan keraguan merayap masuk”.
Audit bank sentral Lebanon juga diperlukan – “Jika tidak ada audit bank sentral, dalam beberapa bulan tidak akan ada lagi impor dan kemudian akan ada kekurangan bahan bakar dan makanan,” kata Macron.
Presiden Macron mengatakan ia “tidak akan membiarkan bantuan diterima oleh tangan-tangan yang korup”.
Sebelumnya, Macron disambut warga saat menyusuri jalan-jalan di Beirut. Kepada kerumunan warga, Macron mengatakan ia “tidak akan membiarkan bantuan diterima oleh tangan-tangan yang korup”.
“Kami mendengar kemarahan di jalan-jalan pagi ini. Saat ini terjadi krisis politik, moral, ekonomi dan finansial, yang telah berlangsung selama berbulan-bulan. Bahan bertahun-tahun.
“Desakan ini memerlukan aksi politik yang tegas. Kami telah memulai pembicaraan, saya sudah membahasnya dengan Presiden Michel Aoun, dan saya akan berbicara secara jujur, terbuka kepada perdana menteri dan ketua parlemen,” kata Macron.
Ia juga menyerukan agar dicapai “pakta politik baru” di kalangan para pemimpin Lebanon.
Presiden Lebanon, Michel Aoun mengatakan peristiwa yang menewaskan sedikitnya 135 orang dan melukai lebih dari 5.000 lainnya itu akibat dari meledaknya 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan secara tidak aman di sebuah gudang selama enam tahun.
Banyak dari masyarakat Lebanon menuduh kejadian itu akibat dari pihak berwenang melakukan korupsi, penelantaran dan salah urus. Pemerintah pun telah memberlakukan keadaan darurat selama dua minggu ke depan.
“Beirut menangis, Beirut menjerit, orang-orang histeris dan orang-orang lelah,” kata pembuat film Jude Chehab kepada BBC, dan memintah pihak yang bertanggung jawab untuk diadili.
Seorang warga Beirut yang saat ini dirawat di rumah sakit, mengatakan, “Saya tahu bahwa selama ini kita dipimpin oleh orang-orang yang tidak kompeten, pemerintah yang tidak kompeten. Tetapi biar saya kasih tahu Anda – apa yang telah mereka lakukan sekarang benar-benar tindakan kriminal.”
Sementara, pemerintah Lebanon menetapkan keadaan darurat di Beirut selama dua minggu di tengah meningkatnya korban dalam bencana yang disebut Presiden Michel Aoun sebagai “malapetaka yang sulit digambarkan dengan kata-kata”.
Pertemuan darurat kabinet memutuskan langkah itu Rabu (05/08) dan tahanan rumah akan diawasi oleh tentara Lebanon.
Dewan Pertahanan Tertinggi Lebanon dengan keras menyatakan bahwa mereka bertanggung jawab atas ledakan itu akan menghadapi “hukuman maksimum”.
Kepala bea cukai Badri Daher mengatakan kepada LBCI TV bahwa pihaknya telah meminta agar amonium nitrat dipindahkan dari pelabuhan, namun hal itu “tidak pernah terlaksana dan kami tinggalkan masalah ini kepada para pakar untuk menyelidiki penyebabnya”.
Para ahli di Universitas Sheffield di Inggris memperkirakan bahwa ledakan tersebut memiliki sekitar sepersepuluh dari kekuatan ledakan bom atom yang dijatuhkan di kota Hiroshima Jepang selama Perang Dunia Kedua dan “tidak diragukan lagi merupakan salah satu ledakan non-nuklir terbesar dalam sejarah”.
Menteri kesehatan Lebanon mengatakan jumlah korban meninggal meningkat menjadi 135 dengan korban luka sekitar 5.000 orang.
Ia menambahkan seperti dikutip Al Manar TV, sejumlah orang masih hilang.
Menteri Perekonomian Raoul Nehme menggambarkan situasinya seperti “kiamat”.
“Sebelum kejadian ini, kami dalam situasi yang sangat buruk. Anda tahu, kami meminta bantuan Dana Moneter Internasional, dan jika sekarang Anda melihat foto-foto yang beredar, pelabuhan telah hancur.
“Dan tak satu pun rumah, saya katakan lagi, tak satu pun rumah, tak satu pun toko, tak satu pun apartemen, yang tidak rusak. Ini seperti kiamat dan di sekitar pelabuhan, tak ada yang tersisa,” kata Nehme.
Ia mengatakan di lokasi ledakan, semuanya hancur dan terlempar ke laut.
“Kami punya sebidang tanah dan sekarang tanah itu lenyap. Kerugiannya mungkin miliaran dolar, tapi kami belum menghitungnya secara pasti.”
Kabinet telah meminta pasukan keamanan untuk menjamin tidak ada yang masuk ke lokasi ledakan.
Para petugas juga merencanakan untuk membangun kamar-kamar jenazah di Beirut karena rumah sakit yang kewalahan menyusul ledakan itu.
Ledakan hebat di Beirut
Upaya-upaya penyelamatan dan bantuan
Pasukan keamanan telah menyegel daerah di sekitar lokasi ledakan, dan tim penyelamat terus melakukan pencarian korban meninggal dan yang masih selamat di bawah puing-puing, sementara itu kapal melakukan pencarian di air lepas pantai. Puluhan orang dikabarkan masih hilang.
Menteri Kesehatan Masyarakat Hamad Hassan mengatakan fasilitas kesehatan Lebanon kekurangan tempat tidur dan tidak memiliki peralatan yang cukup untuk merawat korban terluka dan kritis.
Sebanyak 300.000 orang kehilangan tempat tinggal akibat ledakan itu, kata Gubernur Beirut Marwan Aboud.
Marwan Aboud mengatakan kepada BBC: “Beirut membutuhkan makanan,” sk/bbc