Sentrakabar.com – Smartphone murah besutan sebuah vendor asal Tiongkok ternyata diam-diam mencuri uang dari penggunanya. Kejadian ini dilaporkan terjadi pada para pengguna smartphone di Johannesburg, Afrika Selatan.
Ceritanya, pengguna bernama Mxolosi membeli perangkat bermerk Tecno W2 yang secara harga sangat murah tapi desainnya mirip dengan model smartphone terkenal seperti Samsung, Nokia, Huawei, dan lain-lain.
“Smartphone ini terlihat atraktif dan menarik. Sejujurnya saya adalah fans Samsung tapi mau mencoba produk baru ini,” tuturnya, seperti dilaporkan Buzzfeed News via Tekno Liputan6.com.
Smartphone murah merek Tecno W2 sendiri merupakan besutan dari perusahaan Tiongkok bernama Transsion. Selain Tecno, perusahaan ini juga menjual banyak merek smartphone lain dengan harga miring. Pasar dari Transsion adalah negara-negara berkembang.
Transsion pertama merilis smartphone pada 2014 lalu, kemudian tumbuh menjadi pemain besar di Afrika. Sampai mampu mengalahkan Samsung dan Nokia.
Sayangnya kesuksesan perusahaan Tiongkok ini malah berbuah simalakama buat pengguna. Mxolosi kini kebingungan karena smartphone-nya selalu mendapat pesan pop-up berisi iklan yang mengganggu panggilan dan aplikasi pesannya.
Parahnya, seringkali kuota data Mxolosi kerap terkuras secara misterius. Ia juga sering dapat pesan langganan layanan, padahal merasa tidak pernah berlangganan apapun.
“Bagi saya ini sangat mahal. Saya sampai tidak membeli paket data karena seringkali habis tanpa saya pakai,” tutur pria 41 tahun ini.
Pengguna Indonesia Jadi Korban
Tak hanya pengguna di Afrika Selatan, pengguna Tecno W2 di Ethiopia, Kamerun, Mesir, Ghana, Myanmar, dan Indonesia pun jadi korban atas aksi ini.
Sementara itu, juru bicara Transsion menyebut, sebagian smartphone Tecno W2 yang berisi malware tersembunyi ini bukan berasal dari perusahaannya. Transsion malah menyalahkan vendor yang terlibat dalam proses rantai pasokan.
“Kami selalu mementingkan keamanan data konsumen dan produk. Tiap perangkat lunak yang dipasang pada tiap perangkat dijalankan melalui serangkaian pemeriksaan keamanan yang ketat, misalnya dipindai melalui Google Protect, GMS BTS, dan pengujian VirusTotal,” katanya.
Juru bicara tersebut juga mengatakan, perusahaan tak mendapatkan keuntungan apapun dari malware ini. Mereka juga menolak menyebutkan berapa banyak smartphone yang sudah terinfeksi malware.
SK/Mardeka.com